Shalom saudara/i dalam kasih Tuhan,
Lama sudah kita tidak bersua lagi. Detik ini, saya ingin berkongsi mengenai "Brikan ku hati seperti hatiMu". Tajuk ini menarik perhatian saya dan saya juga telah membaca sebuah perkongsian mengenai tajuk ini. Memang seringkali kita selalu berkata kepada Tuhan bahwa kita ingin seperti Tuhan Yesus dalam pelbagai cara. Contohnya adalah melayani dan sebagainya. Tetapi apakah itu adalah apa yang Tuhan inginkan dalam setiap peribadi kita. Itulah persoalannya. Mari kita baca sebuah perkongsian di bawah daripada pengarangnya ialah
Roma Crist
"Kami melayani kaum marginal (pemulung, pengamen, tuna wisma, anak-anak jalanan) kurang lebih 150 orang setiap hari Sabtu sore jam 18:00. Kebaktian marginal ini kami sebut "Kebaktian Bina Kasih" dan bertampat di gedung gereja. Suatu saat, ketika kebaktian marginal selesai, seorang Ibu dengan 2 orang anak, satu perempuan dan satu laki-laki datang di pintu gereja, saat itu kami pengerja-pengerja akan "briefing", kemudian pulang. Kelihatannya mereka sangat kusam, kelaparan dan ternyata anak jalanan juga. Memang sering kali orang-orang tak mampu datang ke gereja dengan berbagai motivasi. Mulai dari yang ikut-ikutan saja, mengharapkan sedekah bantuan bahkan ada yang sampai memaksa.
Saya sebagai pengerja yang tiap sabtu melayani mereka, kira-kira sudah bisa membaca raut muka orang yang minta bantuan. Dan ketika Ibu ini minta bantuan, saya berkeinginan untuk memberi sedikit dari uang saya. Tetapi dengan adanya pengalaman-pengalaman sebelumnya dimana banyak anak jalanan yang sudah punya trik-trik tersendiri demi mendapatkan uang, akhirnya niat saya undur. Ditambah lagi teman-teman saya berkomentar,"jangan biasakan cepat menanggapi orang yang demikian, kita harus hati-hati".
Kebetulan masih ada sisa makanan dari kebaktian yang baru selesai, maka saya hanya memberi mereka nasi bungkus dan air mineral. Tetapi entah kenapa mereka bukannya saya suruh pergi tetapi saya ajak ngobrol, khususnya kedua anak yang sebenarnya bukan anak ibu tersebut, tetapi si Ibu sudah mengaggapnya sebagai anak menurut pengakuan anak-anak tersebut. Bercerita dengan mereka panjang lebar, maka kembali keinginan untuk memberi sedikit uang muncul di hati saya. Tetapi pikiran saya beranjak lagi kepada beberapa pengalaman dimana banyak anak jalanan yang mahir bersandiwara demi mendapatkan sesuatu.
Kemudian, sebelum saya menyuruh mereka pergi, saya mengajak rekan pengerja yang lain untuk berdoa bersama mereka. Ketika saya memimpin doa, saya tidak sanggup menahan air mata saya, belas kasihan Yesus begitu menyentuh hati saya. Ketika selesai berdoa kemudian mereka pergi keluar dari gereja. Dengan sisa air mata di pipi saya berlari mengejar mereka dan akhirnya melepaskan uang di dompet saya dan memberikan kepada mereka.
Malam hari ketika saya hendak tidur, saya merenungkan kejadian ini di kaki Tuhan. Dan saya mendapatkan teguran lembut di hati saya: masih adakah belas kasihan atau kecurigaan??. Masih adakah hati yang rela melayaniKU dengan tulus bukan karena kebiasaan?? masih adakah kepekaan untuk mereka yang sangat membutuhkan?? Apa yang kau punya berikan dengan rela tanpa menuntut balasan, itulah kasih dari Bapa Surgawi.
Kemudian saya menutup saat teduh dengan menghapus air mata sambil berkata kepada Yesus: "aku belum punya hati yang demikian, berilah anugerahMu untukku, aku mau punya hati yang rela"'. Lalu saya tidur dengan hati yang damai dan tenang dalam pelukan kasihNYA yang hangat."
Itulah cerita mengenai topik kita pada hari ini. Soalan pertanyaan ialah "masih adakah belas kasihan atau kecurigaan??. Masih adakah hati yang rela melayaniKU dengan tulus bukan karena kebiasaan?? masih adakah kepekaan untuk mereka yang sangat membutuhkan?? Apa yang kau punya berikan dengan rela tanpa menuntut balasan, itulah kasih dari Bapa Surgawi". Inilah yang Tuhan inginkan daripada kita. Renungkanlah perkongsian ini agar dapat menyadarkan kita.
Saya yang mengasihi,
Atunz
No comments:
Post a Comment